Dosen
Prof. Dr. Marsigit, M. A
Hari dan tanggal : Rabu, 4 November 2015
Tempat : Ruang PPG 1
Waktu : Pukul
12.40-15.20 WIB
Perkuliahan filsafat pendidikan matematika dimulai dengan
tes jawab singkat. Seperti biasa soal terdiri dari 50 butir yang kali ini
berhubungan dengan bagaimana menembus ruang dan waktu.
Memang setiap berakhirnya tes jawab singkat selalu
dikoreksi di tempat. Sudah menjadi hal yang wajar ketika kita mendapat nilai 0.
Sebenarnya arti nol itu juga penting dimana kita harus bisa berusaha lebih baik
lagi dan sebaliknya jika kita mendapat nilai yang sangat tinggi maka waspadalah
karena itu sebuah godaan yang nantinya mungkin akan membawa kepada kesombongan.
Seperti biasa setelah kita rampung tes jawab singkat kita
diberi kesempatan untuk bertanya melalui pendapat kita di kertas yang kemusian
akan dibacakan oleh beliau. Terdapat banyak pertanyaan dijawab Adapun
pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh beberapa mahasiswa dan jawaban olediantaranya
sebagai berikut:
Elfrida bertanya “Bagaimana membangun filsafat pada seseorang yang sebelumnya
belum pernah mengenal filsafat? bagaimana mengenalkan filsafat pada seseorang
yang tidak menempuh kuliah atau yang tidak mendapatkan materi filsafat?”
Kita di masyarakat tidka ada kata terlambat untuk
belajar. Sesungguhnya belajar filsafat itu terletak pada pikiran kita.
Seseorang yang awam dan belum pernah sekalipun belajar filsafat memang bingung
namun sebenarnya filsafat itu juga ada di sekeliling kita dengan algoritma dan
sintaks yang urut. Seperti kita melakukan aktivitas, memasak, mandi, mencuci
dll. Yang nantinya akan melatih kita dalam berlogika, berpikir kritis dan
visioner.
Mu’ahid bertanya “Apa yang
dimaksud dengan SKEPTISISME?”
Dalam filsafat, terdapat sifat keragu-raguan yang dialami
manusia. Biasanya kita sebut dengan Skeptis, fenomena ini dialami oleh rene
Descartes, awal mula dia bermimpi dan mimpinya sangat nyata dan dia tidak bisa
membedakan antara mimpinya dan kenyataaan, kondisi Prancis di sana sedang musim
salju dan hanya terlihat putih menutupi semuanya. Sehingga konteksnya menjadi
homogen, berbeda dengan di Indonesia yang bervariasi. Dia ingin mencari
kepastian, karena da masih ragu-ragu. Semua yang dilihat tidak dapat dipercaya
termasuk Tuhan. Pada akhirnya dia menemukan Tuhan dengan belum mempercayai dulu
atau meragukannya. Menemukan bahwa aku
ini sedang bertanya, itu membuktikan bahwa aku itu ada, saya jika
berpikir maka saya ada.
Deary bertanya “Apakah yang dimaksud TRANSENDEN?”
Transenden merupakan suatu sifat yang ada di dimensi di
atasnya. Misalnya Ayam itu dewanya cacing maka sifat ayam transenden pada
cacing. Cacing tidak menyadari sifat ayam. Pada kehidupan, Pak Rektor
transenden bagi mahasiswa, begitu juga Dosen transenden bagi mahasiswa. Kita
mengetahui sedikit sifat dosen, tetapi dosen mengetahui banyak tentang
mahasiswa begitu jua pak Rektor.
Ilma bertanya “Adakah aturan dalam berfilsafat?”
Kita berfilsafat harus sesuai norma yang berlaku dan
prinsip yang dipegang. Kita selama ini belajar dan membahas mengenai filsafat.
Oleh karena tata cara berfilsafat tak berhingga banyaknya, maka kita bagaikan
anak ayam yang menginjak-injak lumbung padi.
Rita bertanya “Apa pentingnya calon pendidik untuk belajar
filsafat?”
Sebagai calon pendidik dan para pendidik haruslah
memiliki dasar dan fondasi untuk belajar filsafat. Karena dunianya siswa itu
adalah dunianya menjawab salah. Salah satu aliran filsafat yang penting
dipahami bagi calon pendidik adalah fallibisme. Dengan adanya filsafat
fallibism menyadarkan kita bahwa siswa menjawab salah itu adalah benar.
Dalam dunia filsafat, terdapat suatu istilah yaitu
Falibism yang artinya bahwa salah itu
benar. Hal ini yang menjadi pertanyaan, kok bisa? Hal ini di maksudkan ketika
dalam kehidupan di sekolah, terdapat siswa yang mendapat nilai ulangan harian
nol (0) karen salah menjawab semua pertanyaan guru. Ternyata bahwa dia salah
menjawab itu bener-bener salah. Kita ketahui bahwa dunia anak-anak tidak
terlepas dari dunianya menjawab salah. Jadi jangan sekali kali guru memarahi
siswanya sapa tahu gurunya tidak mengerti filsafat. Manfaat dari falibism untuk
tidak menyombongkan dirinya atas nilai itu.
Rima bertanya “Nilai kebenaran dalam filsafat itu ditentukan
dari mana?”
Nilai kebenaran dalam filsafat dapat ditentukan dari apa
yang ada dan mungkin ada dalam dimensi ruang dan waktu. Misalnya, kebenaran
diriku adalah subjektif, kebenaran kita adalah objektif, kebenaran didalam
pikiran adalah ideal, kebenaran kapital adalah modal, kebenaran utilitarian
adalah asas manfaat, kebenaran spiritual adalah firman Tuhan, dan lain
sebagainya.
Anggara bertanya “Apakah filsafatnya dari bilangan 0 (nol)?”
Filsafat dari nol yaitu identik dengan nihilism, yang
artinya ketiadaan atau hampa. Pada akhirnya manusia itu mengalami ketiadaan
(hampa). Nihilsm berarti suatu ketiadaan atau kehampaan. Sebenar benarnya
manusia itu hampa atau ketiadaan agar hidup mereka bahagia. Erat kaitannya
dengan masalah agama, pada agama ada beberapa ketentuan yaitu Tiada nafsu,
tiada amarah, tiada cita-cita hingga mereka bisa naik dan terbang ke nirwana.
Kita lihat bahwa angka nol itu tidak terputus dan akan selalu terhubung, itu
yang menandai suatu kesempurnaan.
Winda bertanya, “Apakah yang dimaksud TELEOLOGY dalam ruang
dan waktu?”
Immanuel Kant membahas mengenai masa depan atau pikiran
yang visioner dalam bukunya yang berjudul “TELEOLOGY”. Diperoleh poin bahwa masa
depan dapat diproyeksikan dari zaman sekarang.
Tangguh bertanya “Apa hubungan antara filsafat dengan Tuhan?”
Pada hakikatnya, filsafat adalah pikiran dalam kepala dan
adanya agama adalah hati. belum semuanya yang ada di dunia ini bisa selesai
untuk didefinisikan. Misalnya definisi cinta dari suami kepada istrinya. Sehebat-hebat
pikiran manusia tidak akan mampu mengetahui relung-relung hatinya.
Setinggi-tinggi manusia tidak akan mampu mengetahui takdir tuhan. Dunia ini
berstruktur dan bersinergis, maka janganlah kita menyombongkan diri untuk
mengetahui segalah rahasia tuhan.
Closing:
Sebaik-baik kita belajar filsafat dapat diperoleh dari
sekitar kita asalkan kita peka dan selalu berpikir ke depan baik- buruknya agar
tidak salah langkah. Salah sedikit kita bisa terperosok di jurang ketersesatan
yang tak tahu arah jalan pulang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar